masih ingatkah kau tentang simfoni warna pelangi
yang kita lukis bersama dalam kanvas di langit itu?
bukankah kita sudah berjanji akan berakhir biru?
kenapa kau buat kelabu?
Perjanjian terakhir
Di awal hujan,
Di akhir para utusan.
Lembar ibu mengawali akhir perjanjian.
Perjanjian Lama
Tinggal kenangan
Perjanjian Baru
Tlah berlalu
Senja kini mengguyur langit
Membawa bulir
Embun, Perjanjian Terakhir
Dalam gerimis
Nyanyikanlah Mazmur baru!
Titian kasih Perjanjian Terakhir
Tak pernah sederhan
ku ingin mencintaimu
Dengan sederhana.
Tapi cinta tak sesederhana
Kata
Yang mengalir mesra dari gejolak asa
Aku ingin mencintaimu
Dengan sederhana.
Tapi sederhana tak pernah ada bagi
Kala
Yang bercerita tentang keping cinta
Aku tak ingin mencintaimu
Dengan sederhana.
Karena cinta,
Memang tak pernah sederhana!
Senja yang berakhir sunyi
Pada akhirnya,
Harus ku sulam hujan
Dalam secarik kabut penantian.
Pada akhirnya,
Cakra gerimis membakar
Diriku, dengan syair pengharapan.
Biar ku ukir hujan
Biar ku pahat nyanyian
Dalam lumpur keabadian.
Istikharahku
Kidung doa mengalir
Dalam butiran dzikir
Menghembuskan sajak
Tentang cinta yang semakin sesak
Bisikku:
“Sunyiku,
Engkau tahu munajatku
Dan Engkaupun tahu air mataku
Yang kuukir dalam tiap nyanyianku.
Kini,
Lelah ini tlah merekah
Peluh ini semakin luruh
Menanti senja yang tak pernah luluh
Maka,
Dengarlah Sunyiku.
Dalam hujan kasih-Mu
Aku mohon pada-Mu:
‘Berikan musim-Mu
Yang terbaik bagi daunku
Izinkan aku
Selami putusan-Mu
Tentang musim semi
Yang kau tumbuhkan untukku
Atau
Tentang musim gugur
Yang kau rontokkan untukku
Karena aku tahu
Engkaulah Sunyi
Yang kan temani
Dalam tiap selimut sepi”
Bagi yang ingin sharing di "seputarpamarican"
silahkan kiriman file anda ke
seputarpamarican@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar